Tuesday, December 16, 2014

Demi Sepatu Anak, Kuli Panggul ini Tabung Uang Sebulan

Keberadaan kuli panggul di Pasar Johar Semarang semakin penting seiring meningkatnya aktivitas di Pasar Johar dari waktu ke waktu. Namun, nasib para kuli panggul ini termasuk yang kerap terabaikan. Padahal, kelancaran kegiatan pasar banyak bergantung pada mereka.

Menggantungkan hidup sebagai kuli panggul tetap dijalani, seperti yang diungkapkan Parman. Ayah empat anak ini sudah 18 tahun menawarkan jasanya sebagai kuli panggul di Pasar Johar.

Sebagai kuli angkut barang di pasar, ia harus mengangkat barang yang beratnya sampai 70 kg setiap hari, walau kini usianya sudah tidak muda lagi namun sebagai kuli angkut, ia termaksuk bapak yang kuat. Di umurnya yang semakin tua ini, ia masih mampu mengangkat barang-barang yang beratnya 70-80 kg. 

Hari-harinya diawali di pasar sejak pukul 04.00 WIB. Dengan puluhan kuli lain, dia memikul beban dari bongkar muat truk. Parman bisa mendapatkan upah sekitar Rp15.000,00 per hari. "Itu belum dipotong dengan makan," ujar Parman.

Sekali angkut ia hanya dibayar Rp2.000,00. Dalam sehari ia terkadang hanya mendapat 4 kali angkut saja. Jika pasar sedang ramai, ia bisa mendapat 8 kali angkut. Semua hasil yang ia dapatkan diberikan kepada istrinya untuk makan sehari-hari, meski hanya Rp8.000,00 saja. Ia, istrinya, dan ketiga anaknya tak pernah mengeluh atas takdir yang Allah tetapkan, dengan hidup serba kekurangan. 

Suatu hari di balik susahnya hidup, anak ketiganya minta dibelikan sepatu baru karena sepatu lamanya sudah tak layak pakai lagi. Untuk menyenangkan hati anaknya, Pak Parman harus bekerja keras dan mencari tempat yang lain, agar mendapat pekerjaan tambahan. Tak lain supaya ia bisa membelikan sepasang sepatu untuk anak tercinta. Karena ia bekerja tanpa mengenal lelah, setiap hasil tambahan yang ia terima, ia tabung selama sebulan. Semua ia lakukan untuk menghasilkan uang sebanyak Rp60.000,00 untuk membeli sepatu anaknya. 

Parman mengakui uang yang diterima jauh dari cukup. Kendati begitu, ia masih mampu menghidupi keluarganya. Bahkan, Parman masih bisa menyisihkan sebagian upahnya untuk keluarga. Parman juga tak berkeinginan mencari pekerjaan lain. Alasannya, dengan modal tenaga kasar, penghasilan dari pekerjaan lain akan sama saja. Bahkan mungkin akan lebih sedikit.

No comments:

Post a Comment